You’re My Best Friend

Cast: Baekhyun & D.O // Genre: Friendship, Fluff, Comedy, Absurd (yes! Absolutely yes!) // Rating: PG

Soundtrack: The Once – You’re My Best Friend

Summary:

“Kau berjanji padaku; kau adalah Patrick dan aku Spongebob. Kita selamanya bersahabat.” Related to Kyungsoo Dies At The End

Ada beberapa hal yang tercipta untuk saling melengkapi.

Bulan dan bintang.

Teh dan gula.

Baju dan celana.

Shampoo dan conditioner.

Salju dan baju hangat.

Payung dan hujan.

Musim panas dan limun.

Baekhyun dan Kyungsoo.

Persahabatan mereka berada di ambang mengesankan dan membingungkan. Mengesankan karena bagaimana bisa Baekhyun masih hidup setelah sepanjang waktu dia hanya membuat Kyungsoo marah dan marah. Membingungkan karena bagaimana bisa Kyungsoo punya rasa sabar sepanjang itu menghadapi Baekhyun.

Bersahabat dengan Baekhyun membuat Kyungsoo berpikir ribuan kali untuk mau bersamanya terus. Namun butuh jutaan alasan mengapa dia harus meninggalkan Baekhyun.

Kyungsoo bisa saja membiarkan Baekhyun makan sendirian selama jam istirahat sekolah (karena Baekhyun anak yang aneh, tak ada yang mau menemaninya kecuali Kyungsoo). Tapi dia akan menemukan dirinya selalu duduk bersama remaja bertubuh pendek itu, mendengar dua puluh tiga guyonan dan teka-teki tidak penting yang Baekhyun lontarkan.

Kyungsoo akan mendengarkan ide-ide aneh novelnya yang bermunculan di kepala Baekhyun. Anehnya, dia selalu menemukan hal itu menarik untuk didengar dan dia akan selalu merasa penasaran.

Apa yang akan Baekhyun umbar lagi besok?

Apa dia akan memasangkan sosis dengan selada di novel selanjutnya, dan membuat genre angst di akhir cerita?

Apa dia akan menyelesaikan Kyungsoo Dies At The End?

Entahlah. Pertanyaan itu memantul-mantul di kepala Kyungsoo, menagih jawaban.

Kyungsoo dan Baekhyun selalu bersama.

Tak ada satu hari pun terlewati tanpa melihat hidung berlubang dua milik Baekhyun, atau alis tebal yang sedikit berantakan punya Kyungsoo. Dan itu aneh ketika Baekhyun bilang dia akan mengikuti Summer Camp selama dua minggu.

“Ayah mau aku ikut bergabung dalam Summer Camp tahun ini,” gumam Baekhyun, berkonsentrasi menghiasi sandwich tuna-nya dengan mayonese banyak-banyak.

Kyungsoo mengintip dari balik majalah otomotifnya. “Summer Camp?”

“Hmm…ya.”

“Oke.”

Kyungsoo kembali membaca majalahnya. Baekhyun mengangkat kepalanya dan berkata dalam nada sedih. “Dua minggu tanpamu akan terasa seperti…seperti apa ya, Kyung?”

“Akan terasa seperti biasa saja, Baek.”

“Tidak, tidak, tidak,” sergah Baekhyun. Dia meninggalkan sandwichnya. “Ini adalah kali pertamanya menjalani liburan dua minggu penuh tanpa melihat alis dan bibir bentuk hatimu itu, Kyung! Ini tentu tidak terasa biasa-biasa saja!”

Apa urusannya dengan alis dan bibirku? pikir Kyungsoo bingung.

“Aku bahkan tidak tahu siapa yang akan menemaniku makan siang, aku tidak tahu siapa yang akan menemaniku ke toilet dan mengurus risletingku yang rusak–atau mengambilkan tisu jika aku lupa bawa saat buang air.” Wajah Baekhyun berkerut-kerut tak keruan.

“Kalau begitu jangan lupa bawa tisu dan bertemanlah dengan siapa saja,” ujar Kyungsoo santai.

“Tapi aku tidak bisa, Kyung.”

“Kenapa? Apa susahnya?”

Baekhyun menghela napas berat. Dari raut wajahnya, Kyungsoo dapat memastikan Summer Camp di kepala Baekhyun nampak seperti potongan neraka. Bukankah…tidak seburuk itu?

“Bayangkan apa yang harus kulakukan saat malam. Kautahu aku harus menghitung jumlah bulu mata atau tahi lalat di wajah seseorang agar bisa tidur.”

Oke, kalian kini tahu mengapa tidak ada satu orang pun mau berteman dengan Baekhyun, kan?

“Setiap ada acara menginap di sekolah, bulu matamu dan tahi lalatmu yang membuatku tertidur, Kyung. Aku tidak tahu apakah aku bisa melaluinya dengan orang lain–“

“Jangan!”

“Hah?”

Kyungsoo memejamkan mata, menjepit pangkal hidungnya. “Jangan lakukan itu pada orang lain.” (Karena kau akan dicap orang super aneh dan Summer Camp bisa jadi neraka sungguhan bagimu).

“Kau…kau bisa lakukan yang lain. Hitung domba di dalam kepala–“

“Domba mengerikan.”

“Kuda–“

“Aku takut kuda.”

“Atau kura-kura–“

“Kura-kura tidak melompati kayu, Kyung. Lagipula mereka bergerak sangat lambat.”

Ugh, Baekhyun baru saja memotong sebagian besar kesabaran Kyungsoo hari itu.

“Oke, baiklah,” Kyungsoo berujar, tangannya terkepal erat. “Lakukan apa pun yang dapat membuatmu tertidur asalkan jangan menghitung bulu mata orang lain, oke?”

“Tapi aku tidak bisa–“

“BAYANGKAN SAJA WAJAHKU!” Baekhyun mengerjapkan matanya yang polos itu beberapa kali. Teriakan frustasi Kyungsoo membuatnya kaget dan terpaku. “Bayangkan saja wajahku dan–dan hitung bulu mataku, tahi lalatku, apa saja. Asalkan jangan lakukan itu pada orang lain, Byun Baekhyun. Berjanji padaku.”

“O-oke.”

Malam itu Kyungsoo menyelamatkan harga diri sahabatnya, sekaligus mau tak mau menghabiskan waktu membantu Baekhyun berkemas.

Mereka memasukkan kaus, celana jins, jaket, kaus kaki, dan beberapa pasang piyama ke dalam ransel (dan meninggalkan piyama beruang kesayangan Baekhyun diselingi perdebatan kecil tak penting. “Kenapa aku tidak boleh membawanya?”, “Karena kau seperti anak umur lima tahun saat memakainya”, “Tapi tidak ada yang peduli–“, “Umurmu 16 tahun dan kau laki-laki, Baek. Dan aku peduli”, “Oke”, “Oke”, “Boleh aku bawa yang motifnya jeruk?”, “…”, “please”, “ugh, baiklah”)

Kyungsoo mengemas peralatan mandi dan pasta gigi (dan meninggalkan obat kumurnya karena: “aku tidak mau pakai obat kumur”, “kenapa?”, “mereka pedas, Kyung! Mereka seperti bermain kembang api di permukaan gusi dan lidahku”, “oke”)

Kyungsoo menyelipkan sapu tangan Baekhyun, karena Baekhyun punya sinus yang cukup parah. Hidungnya selalu berari dan mengeluarkan cairan di pagi hari, melebihi air liurnya sendiri. Baju untuk dua minggu: sudah.

Handuk untuk dua minggu: sudah. Kaus kaki untuk dua minggu: sudah. Piyama untuk dua minggu: sudah.

Kyungsoo memberi tanda check list pada setiap list barang yang Baekhyun harus bawa. Dia terlihat serius, dia terlihat tidak mau kelupaan barang sesuatu pun, karena ini Baekhyun–ini Baekhyun, yang menjalani Summer Camp tanpanya selama dua minggu ke depan. Baekhyun sendirian.

Baekhyun tanpa Kyungsoo hanyalah semangkuk adonan pancake.

“Aku berpikir kenapa kau tidak ikut saja, Kyung,” kata Baekhyun, menguap di atas tempat tidurnya sendiri.

“Hmm, itu tidak mungkin. Aku ada rapat pentas seni di sekolah satu minggu ini. Tidak bisa ditinggalkan sama sekali.”

“Lalu apa jadinya dua minggu tanpamu?” Baekhyun mulai merengek.

Itulah yang Kyungsoo khawatirkan sedari tadi. Bagaimana jika Baekhyun melalui semuanya sendirian karena dia aneh dan orang-orang tak ada yang mau menjadi temannya? Bagaimana jika Baekhyun tidak tidur selama dua minggu hanya karena wajah Kyungsoo tiba-tiba sulit dibayangkan? Bagaimana jika penyakit sinus Baekhyun semakin parah dan cairan keluar tiada henti dari hidungnya dan semua orang mengira Baekhyun adalah monster dan–

Groookkk!

Semua pertanyaan itu berhenti menceracau ketika dengan kerasnya Baekhyun mengorok. Pukul 10 malam dan Kyungsoo bertanya-tanya apakah dia harus absen dari rapat.

Demi menemani Byun Baekhyun.

.

.

.

Kyungsoo tidak absen dari rapat pentas seni di sekolah.

Baekhyun tetap pergi ke Summer Camp itu sendirian.

Remaja itu nampak murung. Wajahnya tertekuk dan memeluk ranselnya erat. Dengan potongan rambut yang mirip mangkuk itu, Kyungsoo dapat mengira dia bersahabat dengan bocah kecil selama ini.

“Kau akan baik-baik saja, Baek,” kata Kyungsoo tenang. Baekhyun tidak merespon. Matanya menyapu jalanan di luar mobil Tuan Byun.

“Baek?”

“Summer Camp-nya pasti super payah karena tidak ada kau.”

Lengan Kyungsoo langsung melingkar di sekeliling bahunya. “Jangan bilang begitu. Kau bisa menemukan teman baru dan berteman–“

“Tapi tidak ada yang sepertimu.”

Oke, Baekhyun memang benar. Tidak ada orang yang penuh rasa sabar seperti Kyungsoo; yang hampir membunuh Baekhyun setiap hari namun berakhir membuatnya bertahan hidup; yang mau mencekiknya namun berakhir memeluknya; yang mau memenggal kepalanya namun berakhir mendorong kepalanya perlahan karena gemas.

“Tenang, Baek. Pasti ada yang mirip denganku, setidaknya tujuh puluh lima persen kemiripannya.”

“Benarkah?”

“Yeah.”

“Dia punya alis dan bulu mata dan tahi lalat sepertimu?” Tiba-tiba Baekhyun melonjak kegirangan.

“Kuharap seperti itu.”

Baekhyun melemparkan tinjunya ke udara. “Yes!”

Yes, karena tak ada yang perlu Baekhyun cemaskan. Tapi Kyungsoo masih merasa cemas. Bahkan rasanya kian parah ketika Baekhyun naik ke atas bus untuk menaruh tasnya. Rasa cemas itu mendominasi sebagian otaknya dan menuruni jantungnya, mencengkeram usus serta ulu hatinya. Kyungsoo pikir ini dampak dari tidak menyantap sarapannya pagi tadi, namun ternyata lebih parah dari sekedar tidak sarapan.

Ketimbang dia mencemaskan Baekhyun yang sendirian, dia lebih cemas pada dirinya sendiri.

Bagaimana melewati hari tanpa Baekhyun? Pemikiran itu baru mampir sepuluh menit sebelum keberangkatan Baekhyun.

Dua minggu tanpa Baekhyun…

Tiba-tiba Kyungsoo ingin menyelinap di ransel salah satu peserta Summer Camp, atau bersembunyi di bagasi, atau bergelung di bawah kursi bus.

Baek, bisakah kau tidak usah pergi saja?

“Aku akan pergi.” Kyungsoo dapat melihat ada cairan bening menggenang di sudut mata sahabatnya. Inikah rasanya berpisah dengan sahabatmu selama dua minggu? Kenapa rasanya tidak enak?

“Cuma dua minggu, Baek,” ujar Kyungsoo berusaha tersenyum lebar.

“Aku tahu. Tetap saja,” Baekhyun menoleh ke belakang. “Tidak ada satu pun yang mirip denganmu.”

“Bersenang-senanglah di sana.”

“Akan kucoba,” gumam Baekhyun sembari menggosok matanya. “Mereka bilang kami akan pergi ke pantai di minggu kedua.”

Kyungsoo tersenyum lagi. “Pasti menyenangkan. Bawakan oleh-oleh untukku, Baek.”

“Tentu. Aku akan membawakanmu kerang super besar dan ubur-ubur.”

“Aku tidak mau kau tersengat.”

“Tenang saja, aku bisa menangkapnya. Percayalah.”

Menaruh kepercayaan pada Baekhyun seperti menaruh telur di dalam satu keranjang. Kau tidak mau menaruh seluruh telurmu di dalam keranjang itu karena ada resiko keranjang itu jatuh. Namun Kyungsoo tidak pernah memikirkan resiko itu. Toh jika Baekhyun menjatuhkan keranjang itu, Kyungsoo akan dengan sigap menangkapnya. Seperti biasa.

Bus yang mengangkut Baekhyun pergi tak lama kemudian. Kyungsoo masih menangkap sosok sang sahabat yang menempelkan wajah sedihnya di jendela ketika bus sudah cukup jauh berjalan. Kyungsoo merasa dia baru saja melepaskan sesuatu yang berharga.

Lucu adalah saat Baekhyun mengaitkan kelingking mereka dengan gaya kekanak-kanakan tadi.

“Kau berjanji padaku; kau adalah Patrick dan aku Spongebob. Kita selamanya bersahabat. Meskipun aku pergi ke Summer Camp, kau tetap sahabatku, oke, Kyung?“

Kyungsoo hanya tertawa. Oke, dia akui dua minggu itu memang lama.

Dan Baekhyun memang berharga.

Sahabat yang paling berharga.

.

.

.

“Aku membawakanmu oleh-oleh, Kyung!”

“APA ITU??!!”

“Cangkang kepiting raksasa yang aku temukan di dalam goa.”

“BAEK, ITU BESAR SEKALI!”

“Dan aku menangkap ubur-ubur. Lihat! Mereka menggemaskan sekali. Aku dapat dua!”

“Kau benar-benar menangkapnya?!”

“Iya–“

“Kau disengat?”

“Tidak.”

“Bohong.”

“Oke, kau benar. Mereka menyengatku.”

Kyungsoo melihat tangan kiri Baekhyun yang bengkak. Sekejap dia ingin mencincang ubur-ubur itu, sumpah.

“Tapi aku tidak apa-apa, Kyung. Aku masih hidup dan kembali bertemu denganmu.” Baekhyun tersenyum lebar.

Kyungsoo rasa itu cukup. Lebih dari cukup.

“Aku rasa aku mau ikut Summer Camp tahun selanjutnya bersamamu, Baek.”

.

.

.

Ada beberapa hal yang tercipta untuk saling melengkapi.

Gelas dan air.

Kopi dan krimer.

Sendok dan garpu.

Sumpit kiri dan sumpit kanan.

Sepatu dan tali.

Mobil dan bensin.

Ubur-ubur di akuarium dan air laut.

Patrick dan Spongebob.

Baekhyun dan Kyungsoo.

THE END

A/n: (Sorry for the typos :”o)

Hai! Maaf ya jadi jarang ngepost lagi huhu 😦 banyak urusan di RL yang mencekik karena tinggal beberapa langkah lagi menjadi sar—- yah begitulah! Mohon doanya ya semuanya hehehe

Dan ini Baeksoo! Aku selalu bahagia kalo nulis mereka hahaha kenapa ya. Soalnya tadi ngeliat gambar ini sih di path huhu Oh ya sampe lupa, selamat liburan (eh sekolahan masih libur kan ya?) bagi yang masih liburan ena ena di rumah ya hehe, selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan, selamat liburan bagi yang kuliahnya udah selesai ujian dan lepas dari tugas2, selamat kalo ada yang baru lulus dari kuliah aka jadi sarjana, semangat bagi yang masih berkutat dengan tugas atau skripsinya atau kerjaannya di kantor. Semangat! Semangat yaaaaa uwowowowooooh!