Smooth Criminal [TaoRis]

Title: Smooth Criminal

Cast: Kris and EXO-M members

Genre: Comedy, Friendship, Brothership

Rating: Pg-13

Length: 1700+w

Summary: Kris knows something happen in the dorm. Smells suspicious…

A/N:

Aku sedang tidak bisa menulis fluff  >.< dan ini aneh!

I’m sorry. Song’s recommend: Panic at the disco-I write sins, not tragedy

Happy reading 😀

***

Kris tahu ada sesuatu yang tak beres di dormnya. Mereka ber-enam punya kehidupan yang cukup tertata rapi, namun tiba di suatu hari semuanya kelihatan kacau dan Kris mulai berpikir sesuatu yang aneh ini sedang terjadi di sekelilingnya, mengintai bagai pencuri klasik kemanapun mereka meninggalkan dorm pada siang hari dan kembali di malam hari.

 

Aneh.

 

Kris bukan orang yang dapat bangun di pagi hari, tapi  hari ini dia bangun lebih awal dari teman-temannya. Jongdae kelihatan masih pulas memeluk boneka beruangnya (b-boneka? Jongdae??!!) dan matahari di luar pun bergelantungan lemah seakan dia kurang tidur sama seperti Kris.

Sepi. Tak satu pun yang bangun dan Kris melangkahkan kaki perlahan-lahan kearah kamar mandi—tempat awal semua keanehan ini terjadi.

 

Seminggu yang lalu Kris baru saja membeli shampoo wangi Lavender cukup mahal. Dia meletakkannya di kamar mandi dan tak keberatan jika seseorang dari mereka memakainya. Tapi dia berpikir mungkin tidak seharusnya mereka memakai SETENGAH botol padahal shampoo itu berada disana baru satu hari.

Kris tidak berkata apa pun namun dia memperhatikan ada satu orang yang selalu memakai topi kemana-mana dan dia selalu duduk berjauhan dengan Kris. Oh, apa orang ini takut Kris mencium aroma shampoonya?

“Luhan, kenapa kau pakai topi?”

“Aku suka memakai topi, kau tahu diriku kan, Kris.”

Kris mengangkat sebelah alisnya. “Buka topimu.”

“Kenapa aku harus membuka topiku? Aku suka topi—“

“Buka topimu.”

“Tidak mau.”

Kris tak segan-segan mengulurkan tangan untuk membuka topi itu dan berakhir di sofa—bergulat—dengan Luhan.

Mereka berhenti karena Xiumin memandang mereka, mulut menganga dan susu yang tumpah ke lantai. “Dude, apa yang kalian lakukan?”

Pada saat itu pun Kris berhasil membuka topi Luhan dan…

 

Itu bukan aroma shampoo Lavender miliknya.

Alhasil Luhan merebut kembali topinya dan berlari ke kamar, “Kau aneh, Kris!” teriaknya, selanjutnya Kris mendengar Luhan menelepon seseorang yang bernama Sehun, bercerita tentang hal ini. Menyebalkan.

 

Dia masih penasaran.

***

 

Kris diam. Dia tidak berkata apa-apa, masih teguh pada pendirian bahwa semuanya baik-baik saja, tak ada yang perlu di khawatirkan, namun…hal aneh kembali terjadi di hari kedua.

Sepulang dari belanja, Kris bermaksud mengganti bajunya, lalu tiba-tiba dia melihat seisi kamarnya berantakan. Lemarinya terbuka lebar dan baju betebaran di lantai. “Apa ini??!!”

Itu tidak ada apa-apanya selain menemukan kaus ‘I Love New York’ kesayangannya robek di bagian lengan dan itu membuat Kris naik darah. Dia membayangkan seseorang telah memakai baju ini selama dia pergi hingga robek, tapi siapa orang itu. Oh…

Jongdae sekamar dengannya dan dia sering meminjam celana pendek Kris, satu yang berwarna biru.

 

“Jongdae, apa itu celanaku?” tanya Kris menghampirinya di meja makan.

Jongdae mengangguk dan menjawab dengan mulut penuh, “…ku…pinjam yang ini, mm…” dia menunjuk celana pendeknya.

“Apa kau juga memakai kausku?”

Jongdae berhenti mengunyah, dia menatap Kris tajam.

 

Selanjutnya Kris masuk ke dalam kamar Lay sebelum Jongdae melemparkan pisau roti ke kepalanya karena kini Jongdae mengamuk luar biasa di luar sana dengan Luhan dan Xiumin yang menahannya agar tidak membunuh Kris.

 

“AKU PUNYA KAUS YANG LEBIH BAGUS DARI ITU ASAL KAU TAHU SAJA, WUFAN!!”

 

“Apa  yang Jongdae makan?!” Kris terengah-engah bertanya pada Lay yang berbaring di tempat tidur. “Dia jadi brutal…”

Lay mengangkat bahu, mata tertempel pada komik yang dia baca. Suara Jongdae tidak lagi terdengar, sepi, tenang. Kris selamat.

Kausnya yang robek masih ada di tangan dan Kris menatapnya sedih. Itu pemberian Chanyeol sahabatnya di Korea sana dan seseorang dengan seenaknya merobek kaus itu tanpa meminta maaf, bukankah itu menyebalkan?

 

“Lay, apa kau memakai kausku yang in—“

 

Kris lagi-lagi berlari keluar dari kamar.

 

“AKU TIDAK SUDI MEMAKAI KAUS JELEKMU ITUUUU!!!” teriak Lay kencang.

***

 

Hari ke-tiga.

Kris tidak punya ide apa-apa lagi karena ini tentu sangat menyebalkan. Dia seperti sedang bermain tikus-kucing tanpa tahu siapa pelaku dibalik ini semua. Dia seperti detektif yang tak punya petunjuk apa-apa dan selalu salah menuduh seseorang, pada akhirnya dia yang kena marah.

Kembali terulang. Kris mulai sebal.

Dia. Mencurigai. Setiap. Orang. Sekarang.

Kris membeli shampoo untuk kedua kalinya dan menuliskan peringatan disana: MENGHABISKANNYA=KAU MATI!

Kris mengunci lemari bajunya. Ada kertas peringatan, namun tetap menghormati Jongdae tentunya: DILARANG MEMAKAI PAKAIANKU! Kecuali Kim Jongdae.

Dia berharap kejadian itu tak kembali terulang. Tenang. Kris menemukan shampoonya tidak berkurang sedikit pun, juga bajunya masih tertata rapi di lemari. Tapi kembali emosi meluap-luap karena dia tidak bisa menemukan beberapa antingnya di kota penyimpanan.

Masih tidak mau berkoar, Kris memperhatikan setiap orang yang lewat di depan matanya dan disana ada Xiumin yang juga memakai anting.

“Xiumin…”

“Ya?” Xiumin mengalihkan pandangannya dari adonan kue di mangkuk dan menatap Kris. “Ada apa Kris?”

Kris menelusuri kedua telinga Xiumin dengan tatapan curiga. “Apa kau memakai antingku?”

Xiumin membanting alat pengaduk adonan sedikit kesal dan sebelum dia bicara, Kris lebih dulu melakukannya,

“Tenang, tenang…aku hanya bertanya, karena…karena…” dia mengambil napas berusaha menenangkan diri. “Karena ini aneh, ada seseorang yang masuk ke dalam dorm kita dan berusaha menghancurkan segalanya yang ada.”

“Apa maksudmu?”

Lalu Kris menceritakan semuanya, tentang shampoo, kaus robeknya, kini anting piercing-nya yang menghilang.

“Hei, tunggu. Aku juga kehilangan uangku, tidak banyak sih, tapi tetap saja. Aku pikir hanya terselip entah dimana, dan sekarang kupikir ini masuk akal. Ada seorang pencuri yang masuk kesini,” ujar Luhan.

Lay tertawa. “Apa itu masuk akal? Pencuri masuk kesini hanya untuk mengambil shampoo, merobek kaus Kris, dan mencuri anting? Dan uang itu…tidak banyak kan?”

 

Lay benar. Lalu misteri macam apa ini?

 

Saat mereka sedang asik bicara, Tao baru saja pulang dari gym dan memakan es krim. “Hai, kalian sedang apa?” dia berlalu begitu saja dan mereka semua bertukar pandang satu sama lain.

“Apa Tao yang melakukan ini semua?” tanya Xiumin.

Luhan menggeleng. “Si panda itu masih kecil dan polos, dia tidak mungkin melakukannya,” yeah, itu benar.

Lalu siapa, siapa, siapa?

Mereka bubar dan tidak membicarakan itu untuk sementara, namun Kris mendapat pencerahan.

Sementara semua orang sibuk, Xiumin membuat cupcake, Jongdae membantunya, Luhan dan Lay bermain temple run di ipad milik Xiumin. Kris menyelinap ke dalam kamar Tao.

“Hai, Kris-ge,” sapanya ramah. Kris duduk di tempat tidur sementara Tao membereskan tasnya. “Eumm…ada apa?” dia bertanya setelah beberapa menit terdiam.

“Mengaku saja Tao.”

“Apa?”

“Kau yang melakukan semua ini kan?”

“Hah?”

Tao melirik Kris yang setengah tersenyum padanya dan dia sedikit kelihatan seram. “A-aku tidak tahu apa maksudmu.”

“Jangan bohong,” Kris menyeringai lebar penuh kemenangan. “Tragedi shampoo, kausku yang robek, anting yang raib, dan…uang Luhan—“

“Tidak!”

Kris mengangkat sebelah alisnya. “Oh ya?”

“K-kau menuduhku…”

“Aku hanya ingin memastikan.”

Tao menggeleng. “Bukan aku, bukan aku!”

Kris berdecak kesal, dia mengambil boneka panda kesayangan Tao dan mengancam panda itu akan dia buang keluar jika Tao tidak mengaku.

“Mengaku atau…” Kris menggoyang-goyangkan boneka itu di udara bebas luar jendela.

“Jangaaannn!!” mohon Tao berusaha menggapai bonekanya.

“Ayo, mengaku.”

Si muda cemberut dan bersedekap tangan di dada. Dia lucu jika sudah begini, Kris hanya ingin tertawa saat ini.

“Iya, aku mengaku. Aku yang melakukannya.”

Kris meletakkan boneka Tao kembali di tempat tidur dan dia kehilangan semua emosinya yang menumpuk seminggu ini. Dia tidak menyangka Tao yang melakukannya, walau begitu dia tetap tak bisa menyalahkannya. Dia selalu luluh pada rengutan wajah Tao walaupun piercing di telinganya tak kalah banyak dibanding milik Kris.

“Tolong jelaskan padaku,” Kris kini berkacak pinggang.

“Oke, oke. Janji tidak marah padaku?”

“Hanya kalau kau jujur dan tidak mengurangi satu bagian kecil ceritamu.”

Tao masih tidak yakin, dia mengulurkan kelingkingnya pada Kris.

“Apa ini?” Kris mundur satu langkah.

“Janji dulu padaku kau tidak akan marah.”

Kris mendesah malas dan mengaitkan kelingkingnya. Ini menjijikan. Tapi Tao selalu berhasil membuatnya melakukan apapun yang dia inginkan.

“Baiklah. Jadi…waktu itu aku sangat kacau, Kris-ge. Aku meminta shampoo lavendermu dan aku menumpahkan hampir setengah lebih karena tutupnya tidak tertutup rapat. Aku takut kau marah, maka aku diam saja. Lalu musibah kedua datang. Aku meminjam kausmu dan tak sengaja merobeknya saat latihan wushu. I’m sorry, I’m sorry. Aku tidak bermaksud melakukannya, karena aku tahu itu kaus dari…” Tao sedikit kesal menyebut nama itu. “Chanyeol, sahabatmu. Ah, apa peduliku. Tapi aku tahu itu kaus kesayanganmu, jadi aku tidak berani bilang hal itu.”

Tao mengambil napas sejenak sebelum melanjutkan ceritanya yang tampak panjang.

“Lalu aku berusaha memperbaiki keadaan selama kau tidak menyadari aku yang telah melakukan ini semua. Aku hendak membeli shampoo baru dengan meminjam uang Luhan-ge. Sumpah, aku hanya meminjamnya dan akan mengembalikannya lagi. Tapi ternyata…shampoo itu sangat mahal, jadi aku tidak punya uang lagi. Selesai. Aku pelakunya. Puas?”

“Dan antingku?” tanya Kris penasaran.

“Oh, itu…aku meminjamnya karena punyamu yang bentuk tengkorak sangat keren.”

Astaga, pikir Kris. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Apa dia harus tertawa, marah…semuanya tercampur aduk menjadi satu dan menatap Tao dari sisi ini, dengan semua tingkah konyolnya, membuat Kris menggeleng-gelengkan kepala serta terserang migrant.

“Ya ampun, Huang Zitao. Kau membuatku pusing tujuh keliling seminggu ini,” keluhnya sambil menutup mata.

“Maaf,” ujar Tao sedih. “Aku tidak mau membuatmu marah.”

Kris menghela napas dan tersenyum tipis pada Tao, tunjukkan bahwa dia tidak marah sama sekali, hanya…sedikit kesal akan perbuatan ‘kriminal’ yang dilakukan Tao. Tapi sekali lagi, ini konyol!!

Tao masih saja cemberut dan tak berani menatap Kris sama sekali. Kris tidak punya alasan lebih jauh untuk marah, dia pun merangkul Tao dan berbisik, “Permintaan maaf diterima. Tidak perlu merasa bersalah begitu. Ayo, keluar, kita makan cupcake bersama-sama.”

Tercium aroma cupcake yang manis. Oh, Xiumin pasti sudah menyelesaikan cupcake-nya.

Tao mengangguk senang dan mereka pun keluar dari kamar dan…

 

Kenyataan bahwa Kris memang tidak marah padanya adalah betul. Namun Tao tampaknya tidak bisa menghipnotis orang lain untuk tidak bertindak brutal padanya.

 

“JADI KAU PELAKUNYA, HUANG ZITAO! KEMBALIKAN UANGKU! AKU BUTUH UANG ITU UNTUK MEMBELIKAN SEHUN BUBBLE TEA!!” <<< itu Luhan.

 

“KAU MEMBUATKU DITUDUH KRIS-GE MEROBEK BAJUNYA! KEMARI KAU, ZITAO!” <<< ini Jongdae.

 

“YA, AKU JUGA!” <<< ini Lay.

 

 

“KAU TIDAK BOLEH MAKAN CUPCAKE-KU!! KALAU YA, AKU AKAN MERACUNIMU!” <<< ini tentu saja Xiumin.

 

 

Dan bagai di film-film tentang bencana alam, Kris memeluk Tao sementara yang lainnya menyerang mereka tanpa ampun.

 

 

Ini semua gara-gara Tao dan tindakan ‘kriminal’-nya.

THE END

 

A/N:

Sorry, this is totally gross at the end.

Jangan salahkan Taoris >.< salahkan saja aku hahaha

Dan kebrutalan Kim Jongdae yang tak ada batasnya.

Maaf sekali lagi huhuhu bukannya nyelesain ‘A Bunch of Baby’ malah ngepost beginian. Tapi bakalan segera diselesaikan kok 😀

Comment is allow 😀