[iKON] Love You Like I’m Gonna Lose You

wpid-wp-1442943142251.jpeg

Chanwoo [iKON] x OC  
Pg-13; Fluff, Romance
Soundtrack: Meghan Trainor ft. John Legend – Like I’m Gonna Lose You

Dalam kamus hidupku, aku tak suka ada kata ‘kecewa’ tertera di sana. Apalagi ‘mengecewakan’.

Tapi, nampaknya hari ini aku telah mengecewakan dua orang. Yang pertama adalah ibuku, dan yang kedua adalah kekasihku.

Ibu kecewa akan pilihan gadis yang kubawa ke rumah, sedangkan Yeseul kecewa akan reaksi ibu terhadapnya. Ketika ketidakcocokan di antara keduanya mulai merambah ke permukaan, aku jadi bingung harus menenangkan yang mana lebih dulu. Dua-duanya teramat sangat penting bagiku.

Sebelum mengejar Yeseul yang terlanjur menyeruak keluar dari rumahku, aku menyempatkan diri untuk mencium pipi ibu dan berkata, “Aku sangat sayang padamu, Bu. Tapi sikapmu tadi tidak seperti yang kuharapkan.”

“Apa kau kira ibu juga berharap kau membawa gadis itu ke rumah dan memperkenalkannya pada ibu?!”

Aku meringis mendengar perkataannya. Kucium pipinya sekali lagi penuh sayang dan menyusul Yeseul.

“Kita akan bicarakan hal ini lagi, Bu.” Lantas aku langsung melesat pergi lewat pintu depan.

“Chanwoo! Kau mau ke mana?!”

Dipikir-pikir lagi, aku hanya remaja berusia 17 tahun yang masih terlalu muda untuk mendengar penolakan dari ibu. Aku belajar siang malam hanya demi membuat ibu bisa membanggakanku di depan teman-temannya. Kursus ini itu hanya demi membuat ibu bernapas lega karena anaknya menghabiskan waktu untuk hal-hal yang berguna. Namun, yang tak kusangka ternyata hal sepele seperti inilah yang membuat ibu murka dan jadi mirip Angelina Jolie saat memerankan Maleficent. Ibu tetap cantik walaupun sedang marah–walaupun kata-katanya tadi menyakiti gadis yang paling kucintai.

Nah, itu dia! Akhirnya aku menemukan Yeseul sedang berjalan di dekat toko roti.

“Yeseul! Han Yeseul!”

Yeseul sempat menoleh sekilas, lalu memutuskan untuk tidak berlari, hanya saja langkahnya sedikit dipercepat dan dia mengabaikanku seolah aku bakteri super menyebalkan.

“Yeseul, tunggu!” Aku berhasil meraih tangannya dan dia terlihat tidak senang.

“Apa maumu, Chanwoo? Mau menghinaku seperti yang dilakukan ibumu tadi? Kau tahu, Chanwoo–aku tidak mau mendengarnya lagi. Cukup.” Dia berbalik, namun tanganku masih menahannya kencang hingga dia mendesis.

“Tunggu, Yeseul. Dengarkan aku dulu,” kataku menggenggam tangannya erat. “Ibuku tidak menghinamu tadi–“

“Oh! Jadi merendahkan pekerjaan ayahku sebagai koki restoran kecil kau bilang bukan sebuah penghinaan?!”

Oke, satu perkataannya menusukku.

“Lalu menganggap karya-karya jahitan ibuku murahan hanya karena ibumu belum pernah mendengar nama tokonya kau bilang bukan penghinaan?!”

Dua. Dua perkataannya menusuk. Dahiku mengernyit sementara Yeseul terus berbicara.

“Ibumu-tidak-suka-padaku, Chanwoo. Kau mengerti?” Yeseul menekan setiap katanya.

Di bayanganku, hari ini akan menjadi salah satu hari yang membuatku tidak bisa tidur karena terlalu indah untuk dilupakan. Aku membayangkan kami bertiga duduk di meja makan dan berbincang seru. Setidaknya makan dalam tenang sudah membuatku senang. Tapi, lihatlah kami sekarang. Ibu berada di rumah, barangkali sedang menggerutu tiada henti, sementara aku dan Yeseul bertengkar di pinggir jalan.

Air mata mulai menuruni pipinya, dia merusak riasan mata yang kuyakini sudah Yeseul buat seindah mungkin. Kini semuanya berantakan; make up-nya, rambutnya, kemeja dan roknya, harinya, acara makan malamnya, hatinya.

“Yeseul…”

“Apa yang bisa kulakukan, Chanwoo?” isaknya semakin menjadi-jadi. Aku tak suka melihatnya menangis. Meskipun amarah masih berarak di atas kepalanya, Yeseul tetap membiarkanku menangkup wajahnya dan menghapus setiap air mata yang jatuh. “I-ibumu tidak suka padaku. Dia juga tidak suka pada hubungan kita.”

“Ya Tuhan. Berhentilah bicara seperti itu, Yeseul.” Aku memeluknya erat-erat, memperlakukannya seperti selembar tisu yang basah akan air mata; dia rentan dan mudah hancur. “Ibu tidak bermaksud berbicara begitu, Yeseul. Percayalah.”

“Jangan membodohiku, Chanwoo.”

“Aku tidak membodohimu,” kataku berusaha meyakinkannya.

Ada pepatah yang berkata: cinta membutakanmu, cinta membodohimu. Well, jika benar begitu adanya, biarlah cinta membodohiku, tapi mencintai Yeseul bukanlah sesuatu yang bodoh untuk dilakukan.

Aku tidak tahu bagaimana caranya menghentikan tangisan perempuan. Rasanya, saat mereka menangis, mereka sedang berusaha membuat lautan di sekelilingmu. Dan daripada membiarkan hal itu terjadi, aku lebih memilih untuk menjaga mereka agar tidak menangis. Namun, nasi telah menjadi bubur. Aku tidak yakin siapa yang lebih banyak menaburkan luka di hati Yeseul; aku atau ibuku.

“Maafkan aku,” bisikku di antara rambut panjangnya. “Maafkan ibuku juga.”

“Mungkin kita harus putus.”

Mendengarnya, aku sontak menarik diri dan menatapnya tak percaya. “Y-Yeseul, apa yang kau katakan?”

Dia mengangguk sedih. “Aku seharusnya tahu dari awal, berpacaran dengan anak pemilik yayasan terbesar di Seoul adalah mustahil bagi orang sepertiku.”

Satu butir air mata lagi berhasil meloloskan diri, dan kini akulah yang mau menangis. Yeseul tidak bisa memutuskan hubungan ini secara sepihak. Aku tidak setuju!

“Apanya yang mustahil? Orang sepertimu? Han Yeseul, sudah berapa kali kukatakan padamu untuk tidak menyinggung soal status sosial. Kita pernah membicarakan ini sebelumnya!” Suaraku meninggi, rahangku mengeras, aku marah dan tanpa sadar aku membuatnya menciut ketakutan karena–ke mana Jung Chanwoo yang lembut dan tidak suka marah-marah itu?

Yeseul tidak berbicara satu patah kata pun dan aku tahu lagi-lagi aku menyakitinya. Oh Tuhan, berapa lama lagi kami harus begini? Udaranya dingin, anginnya kencang. Kami berdua tanpa mantel hanyalah makhluk kecil yang gemetaran dan dipenuhi emosi menggebu-gebu.

“Chanwoo, aku…”

Satu kali helaan napas dan aku memeluknya lagi. Kali ini lebih erat, lebih hangat, lebih mengantarkan banyak kata maaf yang tidak mampu aku katakan lagi.

“Yeseul, sampai kapan kita harus bertengkar hari ini, hm? Sampai jam dua belas malam? Sampai hari berganti jadi esok? Sampai kau puas?”

Yeseul tidak menangis lagi. Suaranya cukup lemah dan lelah terdengar saat bicara. “Bisakah kita berhenti sekarang, Chanwoo?”

“Tentu saja.”

Kami berpelukan sejenak, membiarkan orang lalu lalang melihati kami sebagai tontonannya. Aku tidak peduli. Aku benar-benar tidak peduli. Yang kupedulikan adalah gadis di pelukanku dan…wanita paruh baya di rumahku. Jung Chanwoo entah akan menjelaskan apa sesampainya di rumah nanti.

Pelukan itu tidak berlangsung selamanya, meskipun aku menginginkannya begitu. Sekilas, aku merasakan tubuh mungilnya bergidik di pelukanku, dan saat itulah aku tahu kami harus menemukan tempat lain selain jalanan.

“Yeseul.”

“Ya?”

Aku menyingkirkan rambut-rambut yang malang melintang tertiup angin dari wajahnya. Aku menemukan wajah favoritku di sana; wajah yang memberi setangkup matahari dan musim semi berkepanjangan. Aku pun tersenyum padanya, menyayangkan ada jejak air mata menghiasi kedua pipinya.

“Ibuku bukannya tidak suka padamu, Yeseul,” beritahuku padanya.

“Oh ya?”

Aku mengangguk cepat. “Hal yang paling ibu benci di dunia ini adalah badut.” Kucium pucuk hidungnya dan berkata lagi, “Hidungmu memang merah saat ini, tapi kau bukan badut. Jadi, jangan khawatir, oke? Berilah ibuku waktu dan dia akan menunjukkan rasa sukanya padamu.”

‘Jangan menyerah’, sebenarnya itu maksudku.

Yeseul tak mengiyakan atau menolaknya. Dia hanya diam sembari aku mengantarnya pulang jalan kaki. Dia diam dalam rangkulanku, sebelah tangannya melingkar di pinggangku, dan aku menyukai momen ini. Semua lampu jalan mulai menyala, bulan di atas sana seolah menemani perjalanan kami, dan–ya Tuhan, aku mencintai Yeseul.

Yeseul belum mau melepaskan tangannya dari tanganku saat kami sampai di depan rumahnya. Kecantikannya malam itu membuat kepalaku pusing; tanpa sadar tangannya telah melingkari leherku dan detik di mana Yeseul berjinjit, di saat itulah aku tak tahu apa artinya oksigen.

Itu ciuman kelima di bibir yang pernah kuterima selama bersama Yeseul. Hanya berlangsung dua detik sebelum Yeseul menarik diri dan kulihat dia tersenyum lebar.

“Kau tahu, Chanwoo?”

“Yeah?”

“Aku sempat berpikir itu tidak jadi masalah jika ibumu tidak menyukaiku,” dia memejamkan mata beberapa saat sebelum membukanya lagi. Mata itu begitu bening, sebersih kristal dan aku tak melihat apa-apa selain diri ini–yang menunggu kelanjutan kata-katanya. “Selama kau menyukaiku, aku rasa itu sudah lebih dari cukup.”

Aku tak menemukan kata yang tepat untuk membalasnya, maka kuciptakan ciuman keenam. Dan sisanya…sisanya biarlah berjalan apa adanya.

Yeseul butuh waktu. Ibu butuh waktu. Dan Jung Chanwoo juga butuh waktu untuk memikirkan alasan apa saat nanti berhadapan dengan ibunya.

Dia berlari kembali ke rumahnya secepat mungkin.

THE END

A/n:

– Ah~~dasar anak remaja ❤ ❤

– Sumpah gapunya ide lagi harus kasih judul apa 😦 Soalnya nulisnya di Dunkin sambil dengerin lagu si Meghan Trainor itu, aku jadi semacam lost my mind gitu lah huhu. Jadi…mungkin ada yg bisa ngasih ide ehehehe akan diterima dengan senang hati loh 🙂

 

36 komentar pada “[iKON] Love You Like I’m Gonna Lose You”

  1. astagaaaa Chanwoo ku bias terkini ku yang paling imutttssss anak mama!! dan yes kak dira… anak muda banget sesuai umurnya ya kaaak meskipun sinetron dikit ceritanya tidak direstui mama wkwkw! but chanwoo nya enggak durhaka ya kak ehehe

    dibagian neng Yeseul nangis dipinggir jalan ama mas Chanwoo itu jadi keinget Shirtsleeves nya Ed Sheeran kaakk ya ampun itu lagu mengalihkan duniaku bikos liriknya itu kan yaaaa;) plz take a look and make an agreement ya kak.

    thankseuuuu luvluv yuuu kak diraaa (anyway ini fic Chanwoo kedua dalam hidupku sejak fall in luv with dedeknya mas Donghyuk ituuhh *halah*)

  2. ANJAY si chanwuuuu adek noona yamg paling kucintaaa otok otok GEMAYYYY BGT ANJAS BAYANGIN DIA LARI2 GT NGEJAR YESEUL SAMPE PIPI CHUBBYNYA GOYANG KE ATAS KE BAWAH

  3. ikon yg kutau cuma bobby ja. meski kadang penasaran ma mantanya aoa yg ktana paling ganteng ndiri dari member lain. apa chanwoo ini ya? Chanwoo masih bisa bersikap tenang dan jadi anak mama meski ibunya udah kasar ke wnt yg dicintainya, namun ia juga bs bersikap dewasa dn mempertahankn cintanya ke yeseul. anak dan pacar yg baik.

  4. Oke, ini bikin baper. Pertama, karena lagunya pernah dinyanyiin sama di— ups hehe:3
    Kedua, karenaaaaa, unyu aja. Unyu aja masih 17 tahun tapi emaknya udah marah-marah masalah status, eh tapi kan Chanwoo anu, jadi wajar sih. Dan tiba-tiba keingat sama Jun Pyo-Jan Di.
    FFnya kakak tetap jempol, tetap bikin senyum-senyum sendiri;)

  5. Gila.. chanwoo dewasa banget. Romantissss… pengen

    Aku udah beberapa kali baca ff kakak, tapi baru kali ini ngomen. Hehe.. kedepannya janji deh bakal ngasih komen terus. Aku suka susunan katanya, enak dibaca 👍
    Keep write ya kak 😊
    salam kenal 😊😃

  6. nah kaaannn kak dira mah gitu orangnya :’3 niat banget kalo mau bikin orang baper/? :’3 mewek nih kaakk meweeekkk
    gapapa walaupun FFnya bikin baper malam-malam yang penting ada ff baru dari kak dira /eaaaakkk :v

  7. Chanwoo… romantis banget >< Emang susah sih kalo punya ibu macam ibunya Chanwoo, apalagi buat si ceweknya, harus pinter2 ngambil hati tuh (pengalamansendiri. Heheheh). Nice!

  8. Ohmaygad………
    Kak.aku.dah.lama.gak.mampir.kesini
    Dan apa setelah canu debut aku nemu ini di tl ohmaygad lucu bgt canunyaaaa
    Setiap nemu fic canu kok selalu yg bahasanya asik sopan gitu ya cocok sama mukanya hehe

    Okaay sekian dan nanti aku muncul lagi di fic canu lainnya

  9. Aku bisa apa kalo jadi han yeseul? Chanwoo suka aku, aku suka chanwoo tapi mama chanwoo engga suka aku.
    Walah..

    Manis, cara chanwoo ngeyakinin Yeseul buat bertahan. Lagilagi aku kasih two thumbs up buat kak dira. Keep writing kak~

  10. KEREEN, CERITA INI APA SEKALIH! AAAA AKU JADI NGE FLY :V UGH, kenapa sih semua ff kaka slalu bagus?! Aku tuh iri! :”v
    Aku boleh minta ajarin gak? ;;) /plak/ Yah, cuma segitu aja sih komen dari aku :3

  11. Ini indah sekali Diraaa. Aku kira bakal jadi konflik yang rumit berliku-liku. Untungnya pertengkarang si Chanwoo dan pacarnya, berakhir manissss. Ya, semoga Chanwoo dan Ibunya juga berakhir manis, gak berantem, teru sibunya setuju sama hubungan anaknya.
    Udah lama banget, terakhir kali saya baca tulisan kamu. Saya iseng ngecek sebelum bangun tidur dan ternyata ada yang baru, soal Chanwoo pula. Kamu memang jagonya kalau udah bikin fluff yang unyu-unyu membahagiakan begini. Suka banget saya.
    Makasih ya sudah menulis lagi dan ditunggu karya lainnya. Semangat 😀

  12. Kak aku gedek banget nyari ff gaada yang bagus.eh cek blog ini langsung senyumku mengembang. Insomnia. Dan yaaaa parahnya ff ini malah buat aku makin melek. Bahasa yang kakak gunakan, selalu bikin aku seneng. Feelnya dapet. Nyambung. Emang penulis bgt kakaknya. Gumana dong. Jadi lav lav:3

  13. Aku tau kenapa mamanya chanu gak setuju… soalnya chanu masih kecil kakak…
    Udah lama gak ke siji dan aku kangen banget sama ff bikinan kakak, meskipun kakak bilang habis ide atw apalah itu… tp ff kakak emang d’best lh…

  14. Sedih, tapi lucu dan romantis juga kak. Padahal aku kira mereka itu diumur 20 tahun keatas yang cowoknya mau ngenalin calon istrinya ke ibunya. Dan ternyataaaaa mereka masih remaja. Imut sekali tingkah mereka. Kkkk~ tipikal anak jaman sekarang. Berasa tuir. Tapi salut sama kakak yang karangannya selalu wow buat aku. Ditunggu karya selanjutnya.

  15. Kaaaak dira.. lama gak baca main kesini udah banyak fic yg aku lewatin. :”
    Aku gak tau kakak masih inget aku apa enggak. Hehe
    Yg pasti, fic kakak selalu bikin mood naik begitu meroketnya. *eaks
    Ini dedek chanwu, hu hu hu
    Manis banget, ini teenlit binggow!
    emg deh kakdir selalu jempolan. Bahasanya ringan tapi tetep keren. (Y)
    Semangat terus kak!
    Ijin menjelajah 😉

  16. Ohmyyyy, Chanwoo bisa gitu yaaaa.. Sweet banget!!!!:’) kak thor, udah 2x baca ff kakak (ini sama moonlight roller way) dan semuanya bikin baper!! Keren kak!! Keep writing!! Kalo bisa 22nya dibikinin sequel dong kak hehe

Tinggalkan Balasan ke demonishkai Batalkan balasan