[iKON] Greenie

Cast: Chanwoo [iKON] & You || Genre: romance, fluff, teen || Rating: pg
Soundtrack: Niel – Spring Love

.
.

Ini mungkin sedikit berlebihan, tapi menurutku, Chanwoo dan kaus putih adalah pemandangan indah; skala 9,8 dari 10. Dan bukan hanya aku yang berpikir demikian.

Ah, apa yang bisa kulakukan sih? Popularitas Chanwoo melebihi tingginya pohon kelapa. Lihat saja, detik di mana Chanwoo masuk ke lapangan untuk berlatih sepak bola, hampir semua anak perempuan berdatangan sekedar melihatnya.

Kata Chanwoo, aku tidak perlu khawatir soal itu. Matanya akan selalu tertuju padaku di antara puluhan pasang mata yang menatapnya. Hatinya akan selalu diletakkan di samping hatiku dan detaknya dapat dipadukan demi menciptakan harmonisasi lagu nan indah. Tapi melihat keadaan sekarang, rasanya sulit mempercayai kata-kata Chanwoo.

“Chanwoo! Chanwoo!”

Mereka menyorakkan namanya, seolah tidak mau menerima kenyataan bahwa Chanwoo berpacaran denganku semenjak satu tahun lalu. Mereka membawa banner sepanjang dua meter. Oh ya ampun, padahal ini cuma latihan saja sebelum pertandingannya mulai besok lusa.

Eh, apa aku memang pacar yang kepalang cuek? Aku hanya membawa minuman, handuk, dan cookies untuknya sehabis berlatih. Masa iya aku harus bawa banner dan menari di pinggir lapangan?

Inilah hasilnya jika aku mengambil resiko berpacaran dengan murid paling populer di sekolah.

“Chanwoo, kau tampan sekali!!”

“Chanwoo saranghaeeeee!!”

Aku cuma bisa memutar kedua bola mataku dan duduk di barisan belakang. Sumpah, duduk sejajar fangirl Chanwoo sama saja menyerahkan diri pada segerombolan piranha lapar.

Sepak bola bukanlah olah raga favoritku. Satu bola yang diperebutkan banyak orang  merepresentasikan Chanwoo entah bagaimana. Aku mengedikkan bahuku dan makan cookies buatanku sendiri. Lalu aku mendengar dua kakak kelas yang duduk tak jauh dariku berkata dengan gemas.

“Rumputnya lebih hijau ketika kau berdiri di atasnya, Chanwoo-a.”

Oh ya?

Aku melihat Chanwoo dari kejauhan dan…mungkin mereka benar. Rumput lapangan sekolah kami nampak lebih hijau dan segar ketika Chanwoo berdiri di atasnya.

.
.

“Hai.”

“Hai,” balasku membeo.

Chanwoo terlihat sangat lelah, keringat di mana-mana, napasnya tersengal-sengal, dan dia kehausan. Airnya langsung habis setengah botol setelah dia mereguknya rakus. Tapi satu yang dia tidak lupakan meskipun rasa lelah menderanya luar biasa: dia tetap tersenyum padaku.

“Ugh, kasihan pacar Jung Chanwoo harus menunggui Chanwoo latihan bola sampai selesai. Kau bosan ya?” Satu belaian di kepala kuterima. Aku pun menggelengkan kepala.

“Tidak, aku tidak bosan.”

“Jangan bohong,” katanya menyunggingkan senyum jahil. “Aku tahu kau tidak pernah tertarik menonton pertandingan bola.”

Aku mengerucutkan bibirku. “Siapa bilang? Dasar sok tahu.”

Chanwoo mengambil salah satu butir cookies dari tasku dan berkata, “Ingat kan aku selalu memaku tatapanku padamu. Meskipun aku terlihat fokus menggiring bola, aku juga memberi perhatian padamu. Kau tertangkap menguap tiga kali selama empat puluh lima menit, menatap langit sekitar dua atau tiga kali, bermain dengan ponselmu setidaknya empat kali.”

Mendengar perkataannya, aku terlonjak kaget sementara sebagian tubuhku meleleh. “Kenapa–kenapa kau sangat akurat?” Dan manis di waktu yang bersamaan?

Chanwoo hanya mengulas senyuman sederhana. “Janji adalah janji. Dan aku menepati kata-kataku untuk selalu memperhatikanmu. Iya kan?”

Woah, bagaimana bisa Chanwoo menggiring bola sedangkan pikirannya juga tertuju padaku. Tidak hanya pikirannya, namun matanya memperhatikan setiap gerik-gerikku ketimbang lawannya. Dan dia masih tetap bisa mencetak gol dengan kaki kirinya!

“Matamu ada berapa sih? Coba tatap aku, Jung Chanwoo.” Aku menangkup wajahnya dan mengacuhkan seruan protes bercampur rasa cemburu yang berasal dari bagian bangku penonton.

Chanwoo tergelak selagi wajahnya berada dalam genggamanku. “Hei, aku berkeringat lho.”

“Tidak peduli,” bisikku cukup keras. “Jawab aku, kau punya berapa mata, huh?”

Dia tidak langsung menjawab. Dia berlagak sok memikirkan jawaban yang tepat dan berakhir mengatakan ini: “Jung Chanwoo hanya punya dua mata, dan keduanya diberikan untuk menatap pacarnya.”

Jika tidak ada kerumunan ikan piranha di belakang beserta pelatih Lee di ujung lapangan, aku pasti sudah memberikan ciuman kedua puluh penuh-penuh di pipi Chanwoo. Namun karena Chanwoo adalah magnet dan semua orang serasa menempel padanya, maka kuurungkan niat itu. Oh, bukan, bukan mengurungkan, lebih tepatnya menunda. Nanti. Iya, nanti.

“Kau tahu, Chanwoo?”

“Apa?”

“Aku menyukaimu.”

“Oh ini berita baru ya?” katanya setengah tertawa.

“Dan rumputnya lebih hijau ketika kau berdiri di atasnya.”

Perkataan itu meluncur dari mulutku seiring bunyi pluit terdengar. Chanwoo segera beranjak dan tersenyum janggal. “Dari mana kau belajar menggombaliku seperti itu?”

Kujulurkan lidahku tanpa memberitahunya. “Pergi sana.”

Well, mungkin gombalan itu sukses bersarang di kepala Chanwoo. Dua gol cantik berhasil Chanwoo persembahkan, membuat puluhan murid perempuan melompat-lompat di bangku penonton.

A/n:

Entah kenapa selalu merinding disko setiap bikin highschool!au kayak gini, apalagi kalo castnya dedek-dedek emesh macam Jungkook, Taehyung, ato Chanwoo huhuhu.

Hati noona jadi lemah 😦 #dih #idih #noonaapaan