[PICS DRABBLE] Dear My Friend

Title: Dear My Friend

Cast: Kai EXO-K and Sehun EXO-K

Genre: Fluff, Brothership/Friendship

Song’s Recommend: SM Town – Dear My Family

 

A/N:

Pics Drabble ini khusus untuk Kim Ah Ra. Terima kasih sudah me-request dan semoga suka ya sama fic ini 🙂

 

 ***

I’d rather die…

If I have to walk without a friend by my side

***

          Orang asing.

Itulah kesan pertama yang Jongin ambil saat melihat anak baru di depan kelas. Rambutnya cokelat gelap, namun mereka berwarna lebih terang ketika berada di luar. Dia kurus, kecil, tingginya hanya sebatas pinggang guru Lee. Hidung dengan bentuk aneh, bibir tipis yang merah muda, dan kulit yang mengingatkan Jongin pada susunya pagi ini.

Oh Sehun namanya. Jongin belum pernah mendengar nama keluarga seaneh itu. Dan dia mengerutkan dahi, alis bertemu ketika guru Lee menyuruh anak itu duduk di sebelah Jongin.

Jongin tak keberatan. Kursi itu tak berpenghuni dan siapapun boleh duduk disana. Tak terkecuali Oh Sehun beserta tas merahnya yang sedikit kebesaran dibanding tubuhnya.

Jongin kembali berkonsentrasi pada tugas matematika yang tertunda karena kedatangan Oh Sehun. Dia berpikir keras di soal nomor 5.

7 + 4=?

Jongin mengingat cara yang diajarkan ibunya, meletakkan kelima jarinya di meja dan menambah dua untuk jadi tujuh jari, menambahkan keempat jari lagi, lalu dia berhenti…karena hanya ada tiga jari disana.

Kebingungan melandanya, namun semuanya sirna ketika ada satu jari kurus yang tiba-tiba muncul menambah jumlah jarinya, menjawab pertanyaan nomor lima semudah yang Jongin inginkan.

Dia melirik ke arah Oh Sehun yang tersenyum padanya,

7+4= 11.

Jongin mengulurkan tangannya, berkenalan dengan Oh Sehun. “Namaku Kim Jongin. Kau boleh memanggilku Jongin.”

“Oh Sehun. Sehun.”

 

Jongin punya teman baru. Dia senang.

 

***

          Teman.

Jongin baru merasakan betapa serunya mempunyai teman semenjak Sehun duduk di sampingnya. Dia adalah satu-satunya anak laki-laki di keluarga, semua kakaknya perempuan dan dia merasa beruntung kini punya teman bernama Sehun, yang selalu menunggu kedatangannya di gerbang sekolah.

Mereka mengerjakan semua bersama. Tugas matematika bukanlah sebuah tantangan bagi Jongin karena ada jari Sehun yang akan membantunya memecahkan soal.

 

8+5= sepuluh jari Jongin, tiga jari Sehun.

10+8= sepuluh jari Jongin, delapan jari Sehun.

 

Dan terkadang mereka tertawa dan menambahkan pensil sebagai pembantu saat jemari-jemari mereka tak sanggup memenuhinya.

 

10+12= sepuluh jari Jongin, sepuluh jari Sehun, satu pensil Jongin, satu pensil Sehun.

 

Semuanya terasa mudah ketika ada teman yang setia membantu walaupun terkadang dia tidak cukup dan punya kekurangan.

Tapi Jongin tidak mempermasalahkannya. Sehun teman yang menyenangkan.

 

***

          Sahabat.

Bagi Jongin, setelah beberapa tahun bersama, Sehun naik pangkat dari seorang ‘teman’ jadi seorang ‘sahabat’.

Jongin tidak mudah berteman dan tidak sembarang menaikkan status orang lain menjadi lebih tinggi dan intens. Dia punya alasan mengapa.

 

Sehun orang yang membantunya mengerjakan tugas matematika. Menurut Jongin itu namanya ‘teman’.

Sehun orang yang berlari bersamanya saat olahraga. Menurut Jongin itu namanya ‘teman’.

Sehun orang yang menemaninya pergi ke kantin membeli makanan. Menurut Jongin itu namanya ‘teman’.

 

Namun ketika Sehun menyemangati Jongin yang mendapatkan nilai rendah di bahasa Inggris. Ketika Sehun tidak sekedar membantunya berdiri saat jatuh karena berlari, Sehun juga mengobati lukanya di UKS, menemaninya sampai-sampai tidak ikut pelajaran selanjutnya. Ketika Sehun membagi makanannya pada Jongin yang melupakan bekalnya hari itu.

 

Menurut Jongin…itu namanya ‘Sahabat’.

 

Pelajaran bahasa korea adalah kesukaan Jongin. Hari ini mereka akan belajar menulis surat dan benar-benar akan mengirimnya lewat pos. Guru Lee menyuruh mereka menulis untuk siapa saja; orang tua, saudara, teman, sahabat, teman pena di luar negeri…siapa saja.

Semua orang masih berpikir sejenak, sedangkan Jongin langsung mengambil kertas dan mulai menulis.

Sehun berusaha mengintip dan Jongin tidak memperbolehkannya. “Jangan lihat-lihat.”

“Kau menulis untuk siapa?”

“Rahasia,” gumam Jongin tersenyum tipis.

Itu bukan lagi rahasia ketika Sehun menerima surat di satu sore. Itu bukan postcard dari pamannya yang berada di Amerika, namun sebuah tulisan tangan berantakan mirip cakar ayam yang familiar:

 

Dear My Friend Oh Sehun,

 

          Hai, Sehun! Ini Kim Jongin, teman sebangkumu yang super keren. Apa kabarmu? Aku harap baik-baik saja. Aku baik-baik saja dan aku punya mainan baru, mobil batman yang bisa menyala. Aku harap kau mau melihatnya dan bermain bersama di rumahku. Bagaimana? Balas suratku ini ya.

 

Sehun kira dia sudah selesai sampai disitu, namun dia melihat ada satu baris tambahan di bawahnya.

 

Aku ingin kau tahu bahwa kau adalah sahabatku yang menyenangkan.

 

***

Bukan sahabat.

 

Jongin bersumpah selamanya tidak akan pernah mau bersahabat dengan Oh Sehun lagi seumur hidupnya.

Waktu itu Sehun datang ke rumahnya. Mereka menonton kartun, minum susu dan makan kue buatan ibu Jongin. Mereka tertawa, mereka gembira. Dan sesuai janji Jongin yang tertulis di surat, Jongin menunjukkan mobil-mobilan Batman yang bisa menyala dan berdesing selayaknya mobil sungguhan.

Mereka memainkannya dengan remote control dan Jongin membiarkan Sehun mencobanya.

Awalnya Sehun bermain dengan perlahan, namun mereka semakin seru dengan Jongin yang bersorak-sorak, lalu tak lama kemudian mobil itu menabrak dinding cukup keras. Mesinnya mati seketika dan mereka sadar bahwa mobil itu rusak.

“Kau merusaknya!!”

“Aku tidak sengaja!!”

“Itu hadiah dari ayahku!! Dan kau merusaknya!!” Jongin berteriak sekeras-kerasnya dan mereka bertengkar. Jongin-lah yang memukul Sehun terlebih dahulu, lalu berakhir berguling-gulingan di lantai.

 

Mereka bukan sahabat lagi sejak itu.

 

Mereka masih duduk bersama di kelas, tapi tak sepatah kata pun keluar dari mulut mereka. Guru Lee menasihati mereka tidak boleh bertengkar karena mereka adalah sahabat.

 

Jongin tak peduli. Dia benci Sehun.

 

Namun semuanya kembali seperti semula ketika Jongin mendapatkan surat dari kurir.

 

Dear My Friend Kim Jongin.

 

Hai, Jongin. Ini aku, Oh Sehun. Bagaimana kabarmu? Pasti tidak baik. Aku tidak tahu apakah kau masih menganggapku sahabatmu, tapi aku ingin minta maaf karena telah merusak mainanmu. Aku tidak sengaja, Jongin. Maafkan aku.

 

Kala itu Jongin mengenal kata ‘maaf’ sebagai sesuatu yang mengembalikan persahabatannya dengan Oh Sehun.

 

***

Mereka bersahabat. Entah berapa tahun, berapa lama. Tidak peduli sesulit apa perjalanan mereka. Menempuh ujian sekolah bersama, sekolah dasar, sekolah menengah, hingga mereka cukup dewasa dan mulai jatuh cinta pada gadis cantik di sekolah. Jongin berpacaran dan putus. Sehun mendekati gadis yang lebih tua, berpacaran, dan putus. Mereka masih tetap sahabat.

 

Sampai suatu hari…

 

Jongin punya banyak teman populer yang menaiki mobil keren, yang Sehun tidak kenal. Mereka selalu balapan mobil di malam hari dan mabuk-mabukkan.

Sehun sudah menasihati Jongin untuk tidak ikut-ikutan. Tapi Jongin tetap bersama geng itu.

Mereka balapan di malam yang dingin. Jongin dan mobil hitamnya melaju kencang melewati kabut malam yang gelap secara gila-gilaan.

Dia melihat garis finish tinggal beberapa ratus meter lagi, maka dia menginjak gas dan tak disangka mobilnya tergelincir di belokan pertama, menyebabkan mobil Jongin menabrak tebing di sisi kanan.

 

 

Gelap.

 

 

 

Jongin tak mendengar apa-apa kecuali suara Sehun yang mengalun.

 

Jangan ikut mereka balapan, Jongin.

 

***

Beruntunglah nyawa Jongin tidak melayang dan dia masih bisa bangun di rumah sakit yang berbau antiseptik. Dia menangis, merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Tidak hanya tubuhnya, namun juga hatinya yang sakit melihat Sehun, sang sahabat berdiri di samping tempat tidur, wajah basah penuh air mata.

“S-sehun…”

“Jongin, kau selamat,” isak Sehun.

“Maaf, aku tidak mendengarkanmu. Aku seharusnya tidak ikut balapan itu.”

“Tidak, tidak. Maafkan aku, Jongin. Seharusnya aku menahanmu, tidak membiarkanmu,” ujar Sehun dan mereka tahu kata ‘maaf’ selalu mengembalikan persahabatan mereka.

Jongin mengangkat tangannya dan sedih. “Oh, aku kehilangan satu jariku, Sehun,” ujarnya lemah melihat hanya ada empat jari di tangan kirinya. Jari manisnya menghilang.

Lalu Sehun menambahkan satu jarinya disana, melengkapi apa yang menjadi kekurangan sahabatnya, seperti waktu yang lalu. Tidak ada yang sempurna. Lagipula itulah gunanya sahabat. Untuk saling melengkapi.

“Tenang saja, Jongin. Kau punya sepuluh jari.”

 

Ya, dia punya sepuluh jari.

 

 

Sembilan jari Jongin, satu jari Sehun.

 

***

I’d rather die…

If I have to walk without a friend by my side

***

THE END

A/N:

Yuhuuu aku jarang kan bikin mereka berdua walaupun gak bakalan tega bikin Yaoi khusus buat mereka hahaha >.<

So bagaimana? Senang kah anda, Ah Ra? 😀